Kenapa sih waktu main game itu selalu terasa singkat, apakah ada sebuah sihir di dalamnya sehingga kita lupa waktu? Penjelasan sederhana mengenai game adalah sebuah kegiatan menyenangkan yang diberikan sejumlah aturan untuk mencapai sebuah tujuan. Setelah tujuan tercapai, harusnya kita puas dan lega. Kemudian melanjutkan hidup dan mencari game yang lain. Namun kenyataannya tidak begitu. Banyak dari orang terus menerus bermain game yang sama dan bahkan masuk dalam kategori kecanduan. Beberapa mengatakan, orang-orang ini bermain game karena kesepian dan kebosanan, tapi apakah benar begitu? Mari kita lihat kenyataannya, saya tidak mengada-ngada dan semuanya bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli-ahli yang mempelajari fenomena ini dan saya cuma mempermudah hasil penelitian itu untuk dibaca, dengan sudut pandang dan pengalaman yang saya miliki.
Jack dan Perperangan yang Terlalu Pahit untuk Dilakukan Oleh Seorang Anak Kecil
Kecanduan game banyak terjadi pada saat anak-anak hingga remaja. Eits, tunggu dulu, ini asumsi kita karena anak tersebut bermain game dalam jumlah yang banyak. Pada kenyataannya menghabiskan waktu bermain game yang paling banyak ada pada remaja hingga orang dewasa. Jadi jangan salahkan anak-anak kecil. Tetapi bukan berarti anak-anak tidak bisa kecanduan game. Mari kita masuk ke dalam sebuah cerita yang mungkin menyebabkan anak-anak banyak bermain game.
Budi dan Tiara adalah sepasang suami istri yang sama-sama bekerja. Budi bekerja full-time sedangkan Tiara bekerja secara freelance. Budi bekerja juga setiap ada telepon masuk dan Tiara hanya bekerja saat Jack sekolah atau di waktu malam, jadi dia dan Budi bisa bergantian menjaga anak mereka. Mereka mempunyai seorang anak berumur 10 tahun bernama Jack, seorang anak yang pintar, prestasi bagus tetapi katanya kecanduan game. Mereka sudah mencoba melakukan segala sesuatu untuk mengurangi kecanduan game ini. Mulai dari membawa Jack berlibur ke luar kota, jalan-jalan di mall dan bahkan membeli sepeda dan agar Jack bersepeda, keliling di sekitar perumahan. Namun Jack seperti tidak peduli dan hanya pasrah dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diberikan orang tuanya dan setelah selesai, Jack kembali bermain video game. Hal ini membuat Budi dan Tiara kepikiran, mereka bahkan sampai bertengkar dan tak tahu harus bagaimana lagi. Mereka sudah menasihati Jack.
Budi dan Tiara berdiskusi dengan dalam setiap malam. Apakah Tiara tidak memperhatikan Jack saat siang atau Budi terlalu lelah untuk memperhatikan Jack saat Tiara bekerja di malam hari? Mereka bahkan memikirkan kegiatan apa yang baik untuk Jack dan mencoba mengalihkan Jack dari game. Mereka memberikan pelajaran piano untuk Jack dan Jack bermain sangat bagus, namun saat di rumah dia kembali bermain game. Maka mereka pergi ke sebuah konselor gereja dan menceritakan seluruh usaha mereka dan berharap gereja ada sebuah kegiatan untuk Jack dan melibatkan dia sehingga kecanduan gamenya berkurang. Dengan kata lain, mereka berharap gereja "Menyembuhkan" Jack. Konselor ini bertemu dengan Jack dan Jack menjawab semua pertanyaan dengan baik layaknya anak-anak lain. Maka konselor kembali bertemu dengan Budi dan Tiara, kemudian dia bilang, "Aku mau bermalam 3 hari di rumahmu!". Budi dan Tiara kaget, namun demi Jack, mereka meng-iya-kan permintaan aneh konselor ini.
Konselor ini tinggal dalam kamar tamu dan sehari-harinya pergi bersama Jack, menggantikan tugas Tiara. Pergi ke sekolah, menunggu Jack dan mengajak Jack pergi makan siang setelah itu mereka sama-sama pulang. Malam harinya konselor bersama-sama dengan Jack dan mereka hanya berdiam-diaman saja. Konselor sesekali keluar untuk minum dan membawakan camilan dan air untuk Jack. Budi dan Tiara berharap ada jawaban dari konselor ini mengenai perilaku anaknya, namun konselor tersebut hanya tersenyum dan mengatakan bahwa ini baru 1/2 hari pertama saja dan meminta mereka berdua untuk bersabar. Dengan adanya konselor ini, pekerjaan Budi dan Tiara di rumah lebih ringan karena konselor sesekali membantu pekerjaan rumah bersama Jack, meskipun Jack mengacau beberapa kali, konselor ini tetap sabar. Bila sudah selesai Jack bermain game dan konselor itu juga berada di sebelahnya, mengamati Jack. Setelah tepat 3 hari bersama-sama dengan Jack, konselor ini pulang begitu saja dan meninggalkan Budi dan Tiara dalam kebingungan. Mereka jadi bertanya-tanya, apakah Jack kecanduan begitu parah sehingga tidak bisa disembuhkan. Besoknya, Budi mendapat pesan untuk menitipkan Jack pada saudaranya dan datang ke konselor tersebut bersama Tiara.
Saat datang, konselor menyuruh mereka duduk dan mengatakan ada kenyataan pahit mengenai Jack dan ingin mereka berdua mendengarkan sampai akhir. Budi tampak pucat dan mata Tiara mulai berair, namun mereka setuju. Konselor dengan tenang mengatakan bahwa ternyata Jack melakukan sebuah pertempuran yang sangat pahit di dalam Game. Budi dan Tiara kembali ke muka kebingungan mereka. Mereka mulai berpikir apakah konselor ini gila. Konselor melanjutkan ceritanya, Jack bertempur seorang diri melawan monster jahat yang terus-terusan muncul dan ingin menguasai sebuah kota. Di dalam kota tersebut banyak sekali anak-anak, orang tua yang hidup damai. Orang-orang tersebut tidak tahu bahwa Jack terus-terusan menyelamatkan kota mereka. Jack bahkan sudah jatuh berkali-kali dipukul oleh monster jahat, sekarat dan pernah mati berkali-kali. Namun dia tidak menyerah dan bangkit kembali. Semua ini dilakukan untuk orang-orang yang tidak tahu betapa besarnya perjuangan dan pengorbanan Jack. Budi berdiri, menyetop konselor dan mulai marah. Konselor dengan tersenyum mengingatkan janji mereka untuk mendengarkan sampai akhir. Budi terpaksa kembali duduk. Cerita dilanjutkan dengan kemampuan Jack untuk kembali bangkit mempelajari pola gerakan musuh-musuhnya dan melakukan balasan yang luar biasa terhadap semua monster jahat tersebut. Setelah semua selesai Jack kembali ke sebuah gubuk di mana gubuk tersebut adalah rumah Jack di dalam game. Di dalamnya hanya ada seorang NPC tua, yang mengatakan terima kasih pada Jack karena sudah melindungi kota dari monster-monster jahat, meskipun tidak ada yang tahu perbuatannya.
Konselor menyelesaikan cerita mengenai game Jack dan mengatakan bahwa Jack
sangat pintar, dia mampu berstrategi dan belajar dengan sangat cepat. Dia
punya semangat yang tidak gampang menyerah dalam berbagai macam kesulitan,
namun hidupnya pahit. Budi dan Tiara bingung maksudnya dan konselor pun mulai
menjelaskan artinya. Selama konselor ini tinggal dalam rumah mereka Tiara
melakukan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang sangat baik dan Budi juga
melakukan tugasnya dengan sangat baik dalam tumah tangga mereka. Namun itu
yang jadi masalahnya. Budi dan Tiara ingin semuanya baik sampai mereka lupa
melibatkan Jack. Budi menyanggah bahwa mereka berdua selalu menyediakan waktu
untuk Jack. Selama 3 hari dia tinggal bersama dengan mereka, konselor
menemukan bahwa Jack anak yang sangat baik dan selalu melakukan kegiatan
bersama dengan dia. Termasuk saat konselor ini menyiapkan pekerjaannya, Jack
berada di sampingnya, duduk dan belajar(bukan bermain) bersama-sama dengan
konselor dalam diam. Sebuah perilaku yang yang sudah diketahui oleh Budi dan
Tiara. Konselor menutup dengan memberikan sebuah kenyataan bahwa dalam 3 hari
dia tidak mengamati Jack, namun kedua orang tuanya. Jack bukan kecanduan game,
namun dia merasa tidak diterima di rumahnya dan segala kegiatan yang diberikan
oleh orang tuanya seperti: piano, sepeda dan berkegiatan di gereja.
Seolah-olah hanya suatu cara untuk mengusir Jack dan orang tua memperoleh
waktu beristirahat di rumah. Konselor melihat ini selama 3 hari, mereka
berbicara hanya untuk memastikan Jack mengerjakan PR kemudian Tiara bekerja
dalam ruangan tertutupnya agar bisa konsetrasi dan Budi hanya memastikan PR
tersebut selesai dikerjakan dan melakukan kegiatan lainnya di rumah dan
sesekali mengangkat telepon dari client. Jack tidak kecanduan game, namun
orang tuanya lah yang kecanduan dan memuja produktifitas. Segala hal harus
menghasilkan sesuatu. Sedangkan Jack hanya ingin menghabiskan waktu bersama,
tak peduli apapun kegiatannya. Itulah sebabnya konselor ini mengatakan
kehidupan Jack sangat pahit, karena dia berada bersama orang-orang yang
dicintainya namun di saat yang sama, orang-orang yang dicintainya tidak
bersama dia meskipun jarak mereka sangat dekat.
Produktifitas dan Kehadiran Sosial
Banyak dari kita seperti ini, seluruh kegiatan harus memiliki hasil. Padahal duduk sejenak bersama-sama dalam diam dan menikmati kehadiran satu dengan lain adalah sebuah kegiatan yang bisa mempersatukan sebuah keluarga. Banyak orang menjerat diri dalam game dikarenakan mereka lebih diterima di dalam game dan bisa menikmati kehadiran satu dengan yang lain. Dalam meta analisis yang dilakukan dari berbagai macam penelitian, ditemukan bahwa Social Presence atau kehadiran sosiallah yang dicari oleh orang-orang dalam bermain game. Kehadiran sosial ini apa? Ini adalah sebuah rasa bahwa kamu benar-benar ada di sana dengan orang lain. Rasa ini bisa kita rasakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun rasa ini akan menghilang seiring dengan berjalannya usia.
Seseorang yang menjerat diri dalam game paling banyak berada pada usia remaja hingga dewasa. Karena pada usia-usia itulah semua orang dekat mereka mulai sibuk. Remaja-remaja mulai berkurang waktunya dan fokus belajar untuk masuk ke dalam universitas favorit dan saat dewasa mereka sibuk bekerja seperti Jack dan Tiara. Tetapi dalam game hari ini banyak orang bermain bersama-sama dengan mereka dan mereka ada di sana meskipun jarak memisahkan mereka. Kehadirannya inilah yang menyebabkan orang menjerat diri mereka di dalam game. Di mana mereka merasa bahwa manusia itu benar-benar hadir untuk mereka. Faktor ini mungkin terasa sederhana dan biasa saja, namun ini adalah salah satu faktor penting dalam kehidupan kita sebagai manusia. Ingatlah bahwa kita diciptakan Tuhan sebagai mahluk sosial.
Salah satu study yang dilakukan oleh Hellenic Open Universities, berhubungan dengan pembelajaran secara online menyatakan bahwa faktor kehadiran sosial merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam kelulusan. Seorang pengajar yang hadir dan menyediakan waktu untuk murid-muridnya adalah faktor besar dalam menentukan kelulusan muridnya. Meskipun kehadiran ini hanya diberikan melalui e-mail yang dibalas saja. Dalam lingkaran pertemananpun hal yang sama juga terjadi, saat orang tersebut tidak merasa ada kehadiran atau kehadirannya diabaikan, maka dia akan mencari tempat di mana kehadirannya dihargai. Penghargaan ini justru seringkali ditemukan di dalam game. Itulah sebabnya orang bermain game, dia kabur ke sana demi rasa kehadiran sosial. Sehingga bukan rasa kesepian yang menyebabkan orang main game, bukan game yang menyebakan orang menjauh dan ketagihan. Namun sebuah rasa kehadiran yang tidak dia dapatkan dari orang lain, tapi bisa dia dapatkan dari game, bahkan dari sebuah program komputer atau NPC statis di dalam game itu.
Bisa kita lihat dalam berbagai aspek, banyak orang merubah dirinya untuk merasa diterima oleh lingkungan mereka. Salah satunya adalah demi rasa kehadiran sosial ini. Banyak anak-anak yang berulah karena mencari perhatian dari orang tuanya. Ketika orang tua tidak bisa menangani hal tersebut, seringkali gadget jadi jawaban. Ini terjadi saat para orang tua sedang sibuk atau melakukan hal tertentu, dengan kata lain fokus mereka pada hal-hal lainnya dan tidak bisa memberi rasa hadir pada momen itu dan agar yang mereka lakukan tidak terganggu maka mereka berusaha agar anaknya teralih, salah satunya adalah dengan gadget atau menyuruh/memaksa anaknya pergi bermain. Maka rasa kehadiran sosial ini hilang dari anak tersebut dan dia mulai mencari rasa itu dari tempat lain.
Rasa kehadiran sosial
adalah salah satu faktor yang mempengaruhi orang untuk lari ke dalam dunia
game. Orang-orang di sana benar-benar memberikan rasa kehadiran sosial dengan menumbuhkan level/kota/kerajaan mereka bersama. Mereka memperhatikan satu dengan yang lain agar benar-benar mencapai tujuan di game tersebut.
Bagaimana dengan kita, mungkin kita terlalu sibuk dengan apa yang kita lakukan
dan segala sesuatu harus bermakna atau menghasilkan sesuatu sehingga kita lupa
untuk hidup dan benar-benar berada di momen tersebut. Kita bisa berada di sana sekaligus tidak berada di sana. Pikiran kita bisa ke gadget atau pekerjaan atau apapun. Ketika ditanya solusinya, anda cuma perlu mencari tips parenting di luar sana yang amatlah banyak. Bagi remaja dan dewasa, seringkali mereka hanya perlu didengarkan atau mencari sebuah kegiatan. Tapi apapun itu, anda tidak
perlu sesuatu yang mewah. Anda cuma perlu hadir, memberikan perhatian anda dan
menikmati kehadiran satu dengan yang lain. Bila anda memberikan hal ini pada orang-orang sekitar anda, saya yakin orang-orang sekitar anda juga akan memberikan hal yag sama. Mulailah dari diri anda, jadilah garam dan terang bagi dunia ini. Dimana saat hadir anda mampu memberikan sebuah rasa, bisa membuat orang tercerahkan dan hidup mereka lebih baik.
Note : Teman saya seorang yang lumayan sibuk bekerja dan mempunyai anak laki-laki yang bermain game terus menerus. Dia mulai kepikiran, karena kasus yang ada di cerita ini terjadi. Dia kemudian ikut belajar dan bermain game dengan anaknya. Anaknya menjadi lebih dekat dengan dia. Mungkin hanya sebuah usaha teman saya yang mencoba dekat kembali dengan anaknya, namun hal ini juga sudah dipelajari dan memang game juga bisa mendekatkan relasi antara orang tua dan anak serta memberi dampak-dampak positif lainnya.
Komentar
Posting Komentar