Kamu Tipe Instingtual atau Intelektual? Tipe-tipe Manusia Dalam Mengambil Keputusan

 Seorang anak, berlari begitu saja ke jalan raya atau bermain dengan socket listrik. Saat ketahuan maka orang tuanya akan berteriak dan menghentikan dia. Pada dasarnya kita tidak mempunyai insting bertahan hidup ataupun kemampuan intelektual saat bayi. Sehingga kita bisa bertahan hidup hanya karena orang tua yang merawat kita. Namun ketika bertumbuh kita melihat, kita belajar dan berproses hingga dewasa kita memperoleh yang namanya intelek dan insting. Saat dewasa  kita melihat berita ada begitu banyak orang sukses, di mana mereka berkata bahwa kesuksesan mereka bedasarkan perasaan/insting mereka. Saat mereka memutuskan sesuatu, mereka tidak berpikir, mereka merasakan ada sesuatu di dalam tubuh mereka yang mengatakan bahwa ini adalah hal tepat. Bagaimana bisa itu terjadi? Namun di sisi lain, kita juga melihat bahwa banyak orang yang hancur karna mengikuti insting mereka. Kita akan coba lihat, dari mana datangnya insting ini dan apakah kita bisa memiliki insting bagus tersebut dan apa hubungannya dengan intelektual yang dimiliki seseorang.


 Seperti Ray Kroc yang memperhatikan McDonald's. Di sana ada sebuah perasaan yang mengatakan bahwa ini adalah calon bisnis besar dan insting dia tepat. Hari ini McDonald's adalah salah satu restoran franchise paling besar. Di sisi lain, kita juga melihat contoh seperti Warren Buffet, yang mana dia duduk dengan tenang dalam kantor sederhananya membaca koran tiap pagi, lalu dia bekerja dengan mencari mana perusahaan yang bagus dan dia akan menginvestasikan uangnya di sana. Warren Buffet, tidak menggunakan insting. Dia menggunakan laporan keuangan, berusaha mengerti bisnis utama dari perusahaan tersebut, kondisi masyarakat saat ini, lalu memperkirakan potensi masa depan perusahaan tersebut seperti apa. Sangat jauh berlawanan dengan gaya pengambilan keputusan dari Ray Kroc. Namun kedua orang ini, dengan gayanya masing-masing, bukan terbentuk secara tiba-tiba. Mereka melalui sebuah proses yang tidak pernah terkekspos dan akan coba kita bahas kali ini.

Cara Membentuk Insting dan Intelek 

 Kita mungkin menjauhi yang namanya intelektual. Maksud saya, siapa sih yang suka belajar? belajar itu melelahkan badan dan pikiran. Maka banyak dari kita hari ini tidak mau belajar. Namun kenyataan pahit yang diterima adalah mau tidak mau, kita akan terpaksa belajar. Belajar, bukan berarti anda harus duduk dan membaca buku. Belajar juga bisa dari kehidupan sehari-hari. Namun saya sangat menyarankan anda belajar, sebelum anda dipaksa/terpaksa belajar. Kembali ke anak kecil, dia tidak mempunyai insting atau pengetahuan mengenai apa yang baik ataupun yang berbahaya bagi dia. Dia menjalani dunianya, ingin mencoba ini dan itu. Ketika dia mencoba artinya dia penasaran, ingin tahu dan belajar cara sesuatu tersebut bekerja. 

Ketika dia memegang sebuah gelas berisi air panas di mana hingga ada uap di sana, maka dia akan merasakan sakit di tangannya. Dia secara otomatis menarik tangannya. Hal ini secara tidak sadar membentuk korelasi dalam kepalanya bahwa gelas ini panas dan gelas tersebut menyakiti dia. Namun proses tersebut tidak berhenti begitu saja. Dia melihat orang tuanya mengangkat gelas yang sama dan meminum dari gelas tersebut. Maka dia belajar lagi dengan melihat orang tuanya. Pembelajaran dari pengalaman ini membentuk pengetahuan dia. Maka ketika dia melihat gelas dengan uap, kepala dia akan secara otomatis mencegah dia menyentuh gelas tersebut. Tapi bila gelas tersebut kosong dan tidak ada uap, maka otak dia tidak mencegah dia memegang gelas tersebut. Inilah insting. Dia terbentuk dari pengalamannya juga. 

Namun insting juga terbentuk dari pembelajaran. Silahkan jawab dengan cepat, 1+1= ....... Dengan cepat otak anda akan menjawab 2. Namun perlu diingat bahwa ketika anda kecil anda kesusahan dalam melakukan perhitungan ini. Jadi pembelajaran-pembelajaran tersebut juga membentuk insting anda. Kemudian anda bisa menjawab dengan cepat karena hal ini terjadi berulang-ulang dalam hidup anda. Apabila saya meminta anda menjawab 23+78 anda akan berhenti sejenak dan berpikir. Namun di sisi lain, insting anda berkata pada anda bahwa ini bisa dijawab. Karena, (sekali lagi) anda telah memperoleh pembelajaran tersebut. Bagi orang yang kurang beruntung dan tidak memperoleh kesempatan bersekolah atau memperoleh pembelajaran mengenai matematika dasar. Maka insting ini tidak akan ada. 

Ray Kroc ketika dia menceritakan bahwa ada perasaan dalam perutnya yang mengatakan bahwa ini McDonald's akan menjadi bisnis besar. Insting tersebut ada dan tidak ada penjelasan ilmiah yang dia bisa berikan. Tapi hal ini terbentuk dari pengalaman dia dalam berbisnis dari kecil.  Dia belajar banyak hal dari bisnis-bisnis yang dia jalani dan sebagai salesman untuk mesin milkshake. Pengalaman-pengalaman yang tidak tertulis dalam buku tersebut, memberikan dia sinyal-sinyal melalui tubuhnya. Namun perlu saya ingatkan lagi, bahwa dia belajar dari pengalamannya. Karena memang ada beberapa orang, membuka bisnis atau bekerja namun tidak belajar apapun. Maka dia tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman, sehingga dia tidak memiliki insting. 

Kesimpulan yang saya bisa berikan adalah jangan jemu-jemu belajar. Kalau anda tidak suka membaca buku, cobalah belajar dari pengalaman anda. Apa yang bisa dibuat lebih baik, apa yang bisa diperbaiki dan hal baru apa yang bisa dicoba. Hal-hal tersebut membentuk anda dalam cara berpikir, meningkatkan kemampuan intelektual dan insting anda di saat bersamaan. Ketika anda menemui situasi yang buruk, otak anda akan memberikan respon, baik dalam kepala anda ataupun perasaan di badan anda.

Seberapa Saya Harus Percaya Dengan Insting dan Intelektual Saya?

Insting dan Intelek, meskipun keduanya bagus, keduanya memiliki permasalahan sendiri. Mungkin kita sangat percaya pada insting/intelek kita sehingga kita akhirnya masuk ke dalam sebuah pola-pola tertentu. Maka dalam pekerjaan atau bisnis, kita akan masuk ke dalam pola yang sama karena hal tersebut pernah berhasil dan itu menjadi jalan aman bagi kita. Namun perlu disadari bahwa dunia terus berubah. Apa yang dahulu baik, berhasil dan diminati oleh masyarakat bisa berubah dalam 1 malam. Biasanya ketika kita sudah terjebak, kita akan disuruh berpikir "out of the box". Artinya apa, anggaplah pengetahuan/pengalaman anda busuk dan mulailah dari awal. Bahkan kalau perlu, buang box nya. Namun hal seperti ini susah terjadi karena kita secara insting akan mencari rasa nyaman dan aman dari cara-cara yang sudah kita ketahui. Lalu kita juga bahas kasus di mana insting/pengetahuan ditumpulkan dan dirubah karena kebiasaan kita sendiri

Saya sering menemui kasus di mana hal yang berbahaya, karena dilakukan terus menerus, insting yang dia miliki menjadi berubah. Dari yang awalnya insting berteriak "Bahaya" menjadi "Biasa aja". Bedasarkan data dari polri dari tanggal 1 Januari 2025 hingga 15 Juni 2025, 41.094 orang pengemudi meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas. Mayoritas dilakukan oleh pengendara sepeda motor. Mereka naik motor, terburu-buru lalu melawan arah, melewati garis pembatas, lupa pakai helm, melihat orang lain melanggar. Pertama kali melanggar, jantung mereka berdebar dan ada rasa takut. Lalu karena tidak ada peringatan, tidak ditangkap polisi dan sampai tujuan dengan kondisi baik-baik saja. Maka dia mencoba lagi, lagi dan lagi. Sampai akhirnya tidak memakai helm itu hal biasa, melawan arah itu hal biasa, melewati garis pembatas biasa bahkan karena tidak terjadi apa-apa insting bahaya makin tumpul dan tindakan yang dilakukan juga makin berani, seperti melanggar lampu merah, melewati batas kecepatan. Apakah mereka tahu bahwa melanggar peraturan lalu lintas itu berbahaya? Jawabannya pasti tahu dan mereka akan memiliki berbagai alasan untuk membela diri, yang mana alasan-alasan tersebut tidak sebanding dengan nyawa mereka. Jadi mereka memiliki pengetahuan, namun insting mereka akan bahaya sudah mati karena terbiasa melawan insting, melawan pengetahuan mereka. 

 Lalu yang harus kita perhatikan juga adalah intelektual yang kita bahas di awal, yang akhirnya membatasi bagaimana kita berperilaku. Orang intelektual seringkali hanya berperilaku dalam daerah-daerah yang mereka ketahui saja. Mereka sama-sama seperti orang instingtual yang mencari aman. Maka orang intelektual biasanya memiliki pemikiran yang sangat tajam namun sangat sempit. Steve Job adalah seorang inventor yang luar biasa, dia memberikan iPod pada kita. Namun Jean-Marrie Hullot seorang developer senior dalam Apple, melihat bahwa dunia berubah dan meminta Steve Job untuk mengembangkan sebuah ponsel pada tahun 2000. Project untuk membangun iPhone dimulai pada 2004. Steve Job sangat takut untuk memasuki pasar tersebut karena beberapa hal, seperti pesaing-pesaing besar saat itu. Namun alasan utamanya adalah karena dia tidak pernah menciptakan sebuah ponsel. Dia seorang yang membuat MacOs, sebuah operating system yang populer, dia mengerti apa itu user experience, dia mengerti bagaimana membuat tampilan yang nyaman. Namun sangat terpaku pada pengetahuan-pengetahuan yang dia miliki saja. Perlu 4 tahun usaha dari rekan-rekannya untuk meyakinkan dia membuat iOS, versi kecil dari MacOs, yakni iPhone yang akhirnya muncul pada 2007. Steve Job beruntung karena rekan kerjanya tidak menyerah meyakinkan dia selama 4 tahun. 

Kemudian Insting dan Intelek sama-sama bisa terganggu dengan kondisi badan. Ketika anda sudah berpikir lama dan tanpa istirahat, kemampuan berpikir anda akan turun. Teman saya setelah lembur, dia berdiri di depan kulkas dengan memegang sendok, membuka, menutup lalu berjalan, kemudian kembali ke kulkas. Saya tanya apa yang dia lakukan dan dia hanya menjawab bingung tadi mau melakukan apa. Ini terjadi karena di kelelahan. Insting juga sama, teman saya bertemu dengan teman kencannya pertama kali. Dia mengatakan bahwa, sebenarnya dia tidak suka dari banyak hal, namun saat bertemu ada perasaan yang tidak bisa dikatakan, dia merasa sesuatu dalam badannya. Dia merasa bahwa ini adalah pertanda baik, ternyata besoknya dia flu. Manusia sangat terbatas dan bila kita ingin memanfaatkan insting maupun intelektual kita, pastikan kita dalam kondisi terbaik. 

Saya adalah tipe orang instingtual, saya banyak bertindak karena emosi dan perasaan. Satu sisi baik, karena saya mengambil keputusan dengan cepat. Di sisi lain, saya sering tidak melihat faktor lain. Di mana ketika saya memikirkan hal tersebut, saya bisa mengambil keputusan yang lebih baik. Namun saya tidak menyerah dan sedang mencoba mengubah hal tersebut dengan cara belajar dari berbagai sumber yang ada(buku, Jurnal, dst) untuk membentuk intelek dan insting saya. Harus disadari bahwa sebuah kebijaksanaan bisa datang dari sumber yang sangat tidak kita duga. Intinya saya ingin memiliki dasar pemikiran yang cukup kuat dalam kepala saya untuk menghadapi situasi-situasi yang tidak menentu di hari depan. Meskipun belajar itu melelahkan badan, untuk saat ini saya sudah merasakan efek baiknya dalam hidup saya.

Komentar