"Ketika melihat temanku sukses ada bagian diriku yang mati"
-Gore Vidal
Quote tersebut adalah sebuah ekspresi yang seringkali kita tidak akui. Kita lebih sering melihat bahwa orang lain itu goblok dan tidak kompeten namun dia bisa sukses. Penyebab pasti karena orang dalam atau dia itu penjilat. Dia mendapatkan itu dengan cara-cara curang lainnya. Saudara-saudari, inilah emosi paling tidak berguna dan bahkan paling toxic dari antara emosi yang lain, yang disebut sebagai iri hati. Emosi ini membuat fokus kita pada hal yang salah dan menyebabkan berbagai macam kehancuran dalam hidup.
Bahkan ketika kita cari dari referensi-referensi dan hidup kita, yang namanya iri hati itu bukan hal baru. Bahkan alkitab memperingatkan ini sebagai dosa yang berbahaya. Muncul dari Adam dan Hawa yang ingin jadi seperti Tuhan. Kemudian dilanjutkan dengan cerita antara Kain dan Habel. Bila anda tidak membaca alkitab, maka coba lihat referensi stoik. Mereka pun mengatakan bahwa memandang orang lain berlebihan itu tidak berguna dan hanya menyakiti dirimu sendiri. Bahkan bila anda juga tidak mengenal stoik, maka coba lihat disney. Snow White adalah sebuah cerita yang disebabkan karena iri hati, si ratu bila tidak iri hati, dia akan hidup dalam istananya dengan seluruh kemewahannya sampai akhir hidupnya. Maka pahamilah bahwa iri hati ini membuat kita berpikir tidak logis, seperti yang ditulis oleh referensi atau cerita-cerita yang ada. Lalu saat anda menjalani hidup, hidup itu hanya terasa senang sebentar saja atau bahkan anda tidak merasa bahagia sama sekali.
Teknologi dan Algoritma Membuat Anda Lebih Sering Iri
Pertama yang saya bahas adalah masalah teknologi. Media Sosial memang digunakan agar anda terhubung dengan orang-orang yang anda kenal. Tentu saja dengan tujuan mereka mem-posting pencapaian mereka. Namun pencapaian-pencapaian ini bukan kebenaran yang utuh, melainkan sesuatu yang sudah dikurasi agar hidup mereka terlihat baik. Setiap orang akan memposting hal tersebut, waktu mereka jalan berdua, makan bersama di tempat mewah, bagaikan romeo dan juliet. Mereka terlihat keren dan romantis. Semua itu benar dan legal legal saja. Namun coba pikir baik-baik, ada banyak hal yang tidak indah dan tidak di posting di media sosial.
Misalkan saat teman saya pergi ke negara yang begitu indah dan jalan-jalan bersama teman-temannya. Saya tidak ikut karena pekerjaan saya sedang tidak bisa ditinggal dan hanya momen-momen tertentu saya bisa ikut. Saya melihat postingan dan story mereka, terlihat begitu seru dan banyak hal menarik. Waktu mereka kembali, saya mendengarkan cerita perjalanan dan keseruan mereka dengan sedikit iri, karena saya hanya mendengar cerita saja tapi tidak bersama mereka. Sampai akhirnya satu per satu mereka pulang dan sisa teman yang cukup dekat dengan saya. Dia bercerita bahwa memang negaranya bagus, namun itu adalah perjalanan yang paling menyebalkan bagi dia. Dia bercerita bahwa hampir setiap hari dia marah karena ketika mau ke suatu tempat, mereka cekcok terlebih dahulu dan sebagian makanan yang mereka foto mahal dan rasanya biasa saja. Belum lagi saat berpergian mereka pindah beberapa hotel dan karena mereka ingin berhemat di transport, tidak jarang juga mereka harus membawa koper-koper besar keliling. Termasuk jam bangun pagi yang begitu menyiksa demi ke sebuah tempat atau pindah hotel. Dia menceritakan betapa stress dan menyiksanya hal tersebut bagi dia. Hal yang sebelumnya membuat saya iri, tiba-tiba membuat saya bersyukur. Heran bukan.
Iri Hati Penyebab Fatamorgana Kebahagiaan
Kedua, fokus kita seringkali salah. Anda ingin apa sih dalam hidup? Bahagia? Lalu anda lihat orang lain yang pergi liburan dan anda menabung untuk pergi liburan juga, ke negara yang mereka kunjungi. Apakah setelah anda pergi, anda menjadi lebih bahagia? jawabannya iya tetapi tidak akan sesuai yang anda harapkan, anda mungkin akan mulai menyesal dan bahkan menipu diri, bahwa anda tidak menyesal. Perlu kita ingat bahwa setiap dari kita memiliki hobi dan kesenangan yang berbeda. Anda berfokus pada liburan teman anda yang sebenarnya tidak mempengaruhi hidup anda sama sekali dan tidak penting bagi hidup anda. Teman saya ingin sebuah smartphone yang high-end, dia melihat teman-temannya yang lain menggunakan smartphone tersebut dan terlihat keren. Kemudian dia membelinya, setelah dipakai beberapa saat, dia mulai menyesalinya. Kualitas smartphonenya bagus, saat dipakai bekerja dan aktifitas dia mulai merasakan bahwa smartphone high-end yang dia beli, tidak ada bedanya dengan smartphone yang sebelumnya dia pakai. Apakah dia bahagia dengan smartphone barunya? Tentu saja. Sebahagia apa? Tidak sebahagia yang dia harapkan. Bahkan pada saat-saat tertentu dia menyesal membelinya. Karena cicilannya terus jalan dan dia tidak bisa membeli barang lain.
Anda juga punya hobi yang berbeda dengan teman anda bukan. Teman-teman saya ketika melihat saya membeli mainan, mereka akan merasa bahwa saya buang-buang uang saja dan harusnya melakukan hal yang mereka rasa lebih bermanfaat. Apakah mereka benar? Tentu saja benar. Tapi tidak semua yang bermanfaat membawa kebahagiaan. Saya menemukan kesenangan saya dalam menyusun gunpla. Setelah menyusun gunpla tersebut menjadi sampah. Karena saya hanya menikmati proses menyusunnya tapi saya tidak suka merawat dan menyimpannya. Teman saya akan sangat stress apabila saya ajak menyusun gunpla. Karena ada part kecil dan part yang harus dilepas dari cetakan frame, lalu sisa plastik akan saya potong dengan cutter dan saya akan mengambil pinset untu mengambil sticker dan menempelkannya. Teman saya stress 1/2 mati, dia tidak mengerti kenapa setelah part dicabut dari rangka, sisa plastiknya dipotong dengan cutter, dia tidak mengerti seni menempelkan sticker pada gunpla, intinya dia tidak menemukan kebahagiaan yang sama besarnya dengan yang saya temukan. Saya heran dengan orang-orang seperti dia. Tapi ini hal yang wajar sekali. Kita tidak bisa memaksa orang untuk menyukai hal yang kita sukai. Maka kenapa anda iri dengan orang lain dan memaksakan hal yang dia sukai pada diri anda? Bayangkan saja dia memiliki mobil baru dengan harga 200jt, bayangkan berapa banyak gunpla yang bisa saya susun dengan uang itu dan membuat saya lebih bahagia daripada memiliki mobil yang sama bagusnya dengan dia namun saya tidak merasa bahagia. Maka dengan cara pikir tersebut saya bisa memboroskan uang saya di hal-hal yang membuat saya lebih bahagia(Note: Jangan ditiru, menabunglah).
Ilusi Tangga Sosial
Ketiga, kita adalah mahluk congkak yang merasa selalu lebih baik daripada orang lain. Iri hati terjadi karena kita merasa kita lebih pantas bahagia ketimbang orang tersebut. Ketika ada orang miskin punya barang bagus/mewah. Kita akan merendahkan dia dengan kata-kata kasar yang menyatakan bahwa dia tidak bijaksana dan uangnya harusnya dia tabung. Tapi coba pikirkan baik-baik, apakah karena dia masuk kategori miskin dia tidak boleh punya barang mewah. Siapa tau barang tersebut adalah bonus daru dia bekerja, siapa tahu itu diberi oleh orang lain, atau bahkan hasil kerja keras dan usaha dia menabung selama beberapa saat. Kenapa kita tidak bisa membiarkan dia menikmati apa yang bisa dia nikmati di dalam hidupnya? Karena kita mahluk sombong yang selalu ingin punya hal lebih baik dari orang lain. Maksud saya, dia miskin dan punya barang mewah, apa pengaruhnya pada hidup anda? Tidak ada, sama sekali tidak ada. Kecuali dia berhutang pada anda, maka ceritanya bisa lain. Tapi seringkali tidak ada kaitannya dengan hidup anda. Namun kita akan merasa dia goblok atau memberikan sindiran-sindiran lain yang terlihat/terdengar seperti kebijaksanaan. Seperti "Harusnya ia menabung" dan lainnya. Kemudian, kalau dipikir dengan baik juga, kita mampu membeli barang tersebut. Lalu kenapa iri? Satu hal yang pasti kita iri dengan kebahagiaannya. Sebuah barang yang didapat dari hasil usaha kerja keras dan penuh pengorbanan terlihat lebih membahagiakan ketimbang anda cuma menyisihkan sebagian kecil uang anda untuk membeli. Namun karena dia terlihat/terasa lebih bahagia daripada kita, maka kita mulai memikirkan hal-hal yang merendahkan dia(Mencibir) dan meninggikan diri(sok bijaksana).
Kombinasikan ke-3 hal yang saya bahas, maka nanti anda pasti bingung mau hidup seperti apa. Karena selalu akan ada yang lebih baik, lebih kaya dan lebih bahagia. Semakin cepat anda menerima kenyataan bahwa akan selalu ada orang lebih baik dari anda, maka semakin cepat juga iri hati tersebut hilang dan anda bisa benar-benar fokus mencari apa yang membuat anda bahagia. Sadarilah bahwa hal ini bukan sesuatu yang baru di bawah matahari. Kita menerima karunia yang begitu besar dari Tuhan, nikmatilah hal-hal yang sudah diberikan pada anda dan jangan iri, karena pada akhirnya semua memiliki akhir hidup yang sama. Jangan sampai anda iri hati dan iri hati tersebut menimbulkan efek-efek yang dapat menghancurkan hidup anda dan membuat anda tidak bisa menikmati hidup anda secara maksimal. Semoga Tuhan memberikan kita kesadaran akan besarnya anugrah yang telah diberikan pada kita dan kita dapat menikmatinya.





Komentar
Posting Komentar