Cara Menganalisa Sebuah Saham yang Sehat / Baik

 
 

Cara Menganalisa Saham

"Saham sama dengan Judi"

Kata-kata ini betul, karena banyak sekali orang membeli tanpa melakukan analisa terlebih dahulu. Misalkan, aku membeli saham x karena ini adalah saham perusahaan besar.
Perusahaan besar sekilas terlihat seperti perusahaan yang tidak akan hancur dalam waktu dekat.
Tetapi saat kita melakukan analisa untuk investasi di saham kita akan melihat bawa perusahaan besar pun belum tentu sehat atau baik. Sehingga uang yang kita investasikan bisa merugi.

Hari ini kita akan belajar, apa sih yang harus kita lihat dan analisa supaya ketika beli saham tidak menjadi sama dengan judi.

*Aplikasi yang digunakanan untuk menampilkan data sahah adalah aplikasi stockbit*

Earning Per Share (EPS)

Pertama kita lihat yang namanya Earning Per Share
Earning per share adalah laba bersih yang dihasilkan untuk setiap lembar saham. Semakin tinggi harganya makin baik.
Apabila harga tersebut ada di dalam tanda kurung seperti ini (100) berarti setiap lembar saham menanggung hutang sebesar 100.

Ambil contoh saham UNVR di gambar atas ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tiap lembar saham UNVR akan menghasilkan sekitar Rp. 196.78/lbr.  ketika membeli saham maka kita akan beli dalam satuan lot dan 1 lot =100 Lembar. Maka total pendapatan dari 1 lota saham UNVR Rp. 19.678.
 
Note : Pendapatan ini tidak memperhitungkan naik turunnya harga saham dan juga perubahan deviden yang terjadi.

Price Earning Ratio

Kedua kita lihat Price Earning Ratio(PER). PER adalah lama yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal yang digunakan untuk mengembalikan saham.
Hal ini juga bisa jadi acuan untuk melihat apakah harga saham itu mahal atau tidak.

rumus PER adalah Harga saham/EPS

Jadi bila harga tinggi tetapi EPS tinggi maka PER juga akan memiliki nilai rendah.
Disarankan mencari saham dengan harga PER di bawah 10. 

Pada kasus gambar di atas saham UNVR tercatat pada angka Rp. 8.000/lembar sehingga dalam 1 lot berarti harga saham tersebut Rp. 800.000,- Bila EPS hanya 19.678 dan tidak berubah setiap tahunnya maka gambar tersebut memberikan prediksi yang mendekati yakni perlu +-41 tahun untuk mengembalikan modal dalam membeli 1 lot saham.

Debt-to-Equity Ratio

Debt to Equity ratio atau DER adalah rasio hutan dan modal yang digunaka untuk menjalankan perusahaan. Hal yang kita lihat berikutnya adalah hutang yang dimiliki oleh perusahaan. Percuma sebuah perusahaan memiliki laba tinggi tetapi hutang juga tinggi. Saat terjadi krisis maka resiko perusahaan hancur(gagal bayar) juga besar.
 
Ratio hutang yang baik adalah 0 - 0.4. Artinya 0 adalah perusahaan bergerak di bidangnya dengan modal sendiri tanpa hutang, sedangkan 0.4 artinya perusahaan bergerak di bidangnya dengan modal yang terdiri dari 40% hutang dan 60% uang sendiri.
 
 
 
Pada kasus UNVR dapat dilihat bahwa Debt to Equity Ratio yang dimiliki sebesar 0.28 atau 28% artinya dari keseluruhan biaya yang digunakan untuk menjalankan perusahaan 28% nya berasal dari hutang sedangkan 72% berasal dari modal UNVR sendiri.

Dividen Yield

Dividen Yield adalah laba yang dibagi oleh perusahaan kepada investor. Dividen dihitung per lembar saham. Misal ada pembagian deviden sebesar Rp. 200,- maka kamu akan mendapat keuntungan sebesar Rp.20.000,-
Kok bisa Rp. 20.000?? karena kita membeli saham dalam satuan lot. 1 lot=100 lembar saham.

Sehingga bila kita beli harga 1 lot saham adalah Rp.200.000,- maka :
1. Harga per lembar saham adalah Rp. 20.000
2. Ketika deviden yang dibagi sebesar Rp. 400,-/ lembar maka kita akan mendapat Rp.40.000
3. Jika harga beli dibagi oleh deviden maka Rp.200.000/Rp.40.000 = 5. Sehingga balik modal untuk 1 lot saham itu sebesar +-5 tahun.
Kok bisa +- 5 tahun? karena deviden yang dibagi tidak selalu sama.

Tetapi perusahaan yang EPS, PER, DER bagus, devidennya cenderung naik. Hal sebaliknya terjadi bila perusahaan memutuskan untuk memperbesar usaha mereka maka laba tersebut akan digunakan untuk modal memperbesar usaha sehingga deviden bisa berkurang.

Selain deviden kita juga ada harga dari saham itu sendiri. Sekali lagi bila EPS, PER, DER dari perusahaan itu bagus maka harga saham biasanya akan naik.

Terakhir hal yang mempengaruhi harga saham tidak naik meski EPS, PER, DER bagus adalah isu-isu yang ada.
Contoh perusahaan batu bara yang EPS, PER, DER bagus. harga saham tetap stagnant. hal ini karena media terus memberikan isu bahwa batu bara adalah hal yang buruk dan energi-energi terbarukan sedang timbul. Maka bila saham ini usaha utamanya ada di batu bara maka banyak investor(penjudi) yang ragu.
 
Ada juga yang sebaliknya seperti perusahaan tambang emas yang memiliki EPS, PER, DER jelek karena isu harga emas naik maka investor(penjudi) akan membeli saham itu dalam jumlah banyak.
Inilah yang kita sebut dengan bandwagon effect dan inilah yang dapat membuat saham dikatakan sebagai judi.
 
Karena investor yang tidak melakukan analisa dalah investor yang berjudi. Tentu saja meski kita mempelajari hal ini tidak ada jaminan bahwa sebuah saham akan selalu bagus, banyak faktor yang bisa membuat harga saham turun.
 
Seperti bencana alam yang menghancurkan beberapa pabrik. Maka saya berani jamin bahwa harga saham tersebut dapat turun secara tiba-tiba. Faktor lain yang membuat harga naik turun juga banyak contoh lain adalah politik. Ketika pemilik usaha tersebut masuk ke dunia politik bisa jadi harga saham akan bergerak naik tetapi bila pemilik usaha tersebut terlihat kalah dalam politik bisa jadi harga sahamnya akan menurun meski EPS,DER,PER kita nilai dan masuk dalam taraf aman untuk berinvestasi

Untuk lengkapnya ada buku komik mengenai saham yang saya rekomendasikan dari gramedia.
Judulnya :  Who wants to be a smiling Investor
Pengarang : LuKas Setia Atmaja
Bahasa : Indonesia
Isi : Komik, mengenai Saham
Link Tokopedia


Komentar