Bisnis yang Mulai Hancur Tapi Tidak Ada yang Sadar


 

Pernah lihat bisnis yang sukses lalu tiba-tiba hilang dari peredaran? Kemudian bisnis tersebut adalah bisnis yang sangat solid, di mana keuangan tidak ada masalah, alur bisnis tidak ada masalah, dan produk juga tidak ada masalah. Bahkan banyak analis bisnis mengatakan bahwa bisnis tersebut adalah masa depan kita semua. Tapi di mana bisnis itu sekarang? Hilang? Diakuisisi oleh perusahaan lain? Banyak bisnis hancur secara perlahan-lahan dan tidak menyadarinya. Di jaman digital masih lebih baik, karna ada teknologi yang dikatakan disruptive, membuat perubahan itu cepat. Kehancuran yang terjadi juga lebih cepat sehingga pemilik bisnis sadar lebih cepat, tetapi yang berbahaya adalah ketika perusahaan itu hancurnya perlahan-lahan seperti es yang mencair.

Kerajaan Bisnis yang Mencair.

Ada beberapa penyebab kenapa sebuah kerajaan bisnis yang sehat dan terlihat menjanjikan tiba-tiba hancur. 

Bisnis tersebut sangat kaku 

 Jaman berubah namun bisnis tersebut tidak mau berubah. Bisnis tersebut masih sangat terlena dengan kejayaan masa lalunya dan mungkin berpikir bahwa dia masih berjaya. Tidak menyadari bahwa lingkungan bisnis berubah dan pelanggan mereka juga berubah.

Salah satu hal yang sering terucap baik langsung maupun secara tidak langsung adalah "Itu bukan cara kita kerja", Akibatnya bisnis tersebut tidak berubah. Mencoba hal baru sangat menakutkan, karena itu seperti masuk dalam sebuah daerah yang tidak diketahui dan membuat diri sangat tidak nyaman. Saat perusahaan tidak ingin meninggalkan comfort zone mereka dan mencoba terbuka dengan hal baru maka perusahaan ini sudah mencair dan perlahan-lahan akan menghilang.

Percaya hanya pada orang tertentu

Photo by Savvas Stavrinos from Pexels

 
Praktik ini adalah hal yang sering terjadi tanpa disadari pemimpin. Kenapa? karena orang tertentu tersebut bisa menyamakan pikiran, perbuatan dan kebiasaanya sama dengan pimpinan di perusahaan tersebut, sehingga pimpinan merasa didukung termasuk membenci apa yang dibenci oleh pimpinan dan melindungi pimpinan dari perubahan dan terus mengatakan bahwa yang dimiliki oleh perusahaan ini sangat baik seperti dulu.

Kesalahan yang terjadi adalah pikiran mereka sama, padahal untuk berubah maka diperlukan sebuah pikiran baru dari luar atau pola pikir baru yang telah diadopsi oleh masyarakat dan bukan hanya pada orang tertentu saja.
 

Ingin berubah namun tidak mendukung perubahan

Orang berubah tidak ada yang instan, konsep ini harus dipahami dan untuk menjauhkan kita dari film-film atau cerita di mana orang berubah itu bisa terjadi secara instant. Perusahaan juga sama, mereka membutuhkan waktu dan sumber daya untuk berubah. Waktu mungkin akan diberikan oleh perusahaan, tetapi sumber daya akan jadi hal lain. 

Bayangkan sebuah proyek membutuhkan 5 orang dan biaya 120juta dengan waktu sekitar 6 bulan, sekarang kita ubah orang menjadi cuma 2 saja, maka waktu akan makin lama, anggap saja menjadi 14 bulan. Hal ini masih bisa ditoleransi, tetapi pada kenyataan budget tidak akan keluar 120 juta, mungkin hanya 50 juta dan itu keluarnya dengan kesusahan yang amat besar. Akhirnya waktu akan makin lama dan saat proyek selesai maka perubahan tersebut sudah terlambat atau obsolete/tidak berlaku.

Contohnya seperti apa sih? 

Saya ambil contoh dari marketing dan e-marketing, banyak perusahaan menggunakan marketing konvensional di mana mereka mencari tempat di mana calon customer mereka berkumpul dan memberikan iklan di sana. namun iklan di sana. Iklan tersebut berjalan 1 arah dan saat mereka pindah ke e-marketing seperti di sosial media iklan tersebut juga masih berjalan 1 arah. Medianya sudah berubah namun cara memakainya tidak berubah. Sehingga tidak terjadi apa-apa, karena kalau hanya media yang berubah itu tidak jauh berbeda dengan meminum air yang pertamanya di gelas berubah menjadi di botol. Hanya medianya yang berubah.

Padahal keperluannya tidak hanya berubah di medianya, tetapi di cara bekerjanya. Sosial media lebih digunakan untuk interaksi dengan customer. Bukan seperti marketing konvensional di mana marketing bergerak hanya 1 arah dari perusahaan menuju masyarakat. Sehingga harusnya terjadi perubahan interaksi di mana perusahaan dan customer mereka saling berinteraksi. Maka akan kita temui banyak perusahaan yang mengatakan bahwa "Saya sudah berubah namun tidak terjadi apa-apa" karena perubahan mereka memang hanya permukaannya saja.

Masih banyak contoh lain yang terjadi seperti perubahan kamera menggunakan film menjadi digital, berubahnya blackberry menjadi android, tv konvensiona menjadi tv on demand seperti netflix, disney dst.

Photo by Alexas Fotos from Pexels

Bisnis Bisa Bertahan Apabila Bisa Berubah.

Bisnis harus berubah namun bagaimana cara agar orang-orang di dalamnya bisa berubah.

  1. Timbulkan Rasa Urgensi, berikan alasan yang sangat kuat "Mengapa" kita harus berubah. Bila tidak bisa menemukan alasan mengapa harus berubah, ya jangan pernah berharap akan ada perubahan.
  2. Kumpulkan Orang-orang yang bisa mengarahkan perubahan. Perubahan adalah hal yang abstrak. Maksudnya seperti ini, "Saya minta belikan sebuah baju batik lengan panjang dengan bunga di sana". Maka penangkapan maksud ini ada banyak, baju batik dengan motif bunga lengan panjang, baju batik lengan panjang dengan motif bunga di lengannya saja, baju batik lengan panjang dengan motif bunga kecil-kecil. Karena banyak hal yang masi tidak jelas, maka diperlukan orang-orang untuk mengarahkan hal tersebut.
  3. Klarifikasikan visi misi perubahan. Jelaskan mengapa perubahan itu akan membuat perusahaan dan hidup orang-orang di dalamnya menjadi jauh lebih baik dan cara nya memenuhi itu semua.
  4. Komunikasikan agar mengerti dan banyak yang mendukung. Jangan paksakan pada 1 orang saja, namun beritahukan pada banyak orang agar mereka bisa mengerti dan mendukun perubahan tersebut. Percuma apabila yang menginginkan perubahan hanya 1 divisi dan tidak didukung oleh orang-orang/divisi lain dalam perusahaan tersebut.
  5. Dukung orang lain yang bertindak untuk perubahan. Hilangkan penghalang sebanyak mungkin dan dukunglah orang yang mencoba berubah dan membatu dalam menghilangkan penghalang tersebut.
  6. Hasilkan kemenangan jangka pendek. Rayakan setiap keberhasilan yang terjadi, perubahan itu memerlukan sebuah langkah-langkah kecil bukan sebuah loncatan. Apabila perusahaan yang sangat kecil, melakukan lompatan perubahan sangat mungkin, namun perusahaan besar bila melakukan lompatan perubahan akan terjadi kekacauan yang sangat besar. Sehingga ubah sedikit demi sedikir dan bila berhasil rayakan keberhasilan yang sedikit itu.
  7. Jangan dibiarkan. Setelah ada keberhasilan, jangan dibiarkan tetapi terus dorong atau jaga mereka agar siap untuk perubahan mereka selanjutnya.
  8. Buat kebiasaan baru. Setelah berubah maka kebiasaan juga harus berubah, tetap awasi perubahan tersebut hingga menjadi sebuah kebiasaan. Jangan sampai setelah berubah dan tidak sampai 5 bulan kembali ke titik awal.

Hal ini tidak mudah, namun bila tidak berubah maka perusahaan dapat hancur seketika atau seperti sebuah es yang meleleh perlahan-lahan hingga akhirnya lenyap. Kesuksesan bukan hal yang didapat tiba-tiba namun itu adalah hal yang harus dikejar dan diusahakan.

Photo by Gerd Altmann from Pexels



Komentar