Mengerti, Mencari dan Menumbuhkan Cinta.

Pada saat ini ditulis, saya belum menikah ataupun memiliki pacar. Seperti layaknya masyarakat pada umumnya tuntutan ini makin besar dan tekanannya makin berat. Beberapa orang yang saya temui, menikah bukan karena cinta namun "Terpaksa" karena mereka takut akan masa depan. Beberapa juga belum menikah karena banyak pria/wanita tidak bisa menemui kriteria mereka. Di tengah-tengah situ seorang teman yang sudah menikah bercerita pada saya, bahwa menikah itu butuh cinta dan seringkali kita salah mengartikan cinta. Berikut adalah cerita dari teman saya, yang saya pegang hingga hari ini dan saya rasa harus menjadi acuan kita dalam berteman atau mencari pasangan hidup. Beberapa nama dan tempat kejadian saya ganti agar tidak melanggar privasi.


Cinta yang rusak. 

Broken Heart

Teman saya adalah seseorang yang sudah menikah beberapa tahun. Dia menemukan pasangannya di kampus dan mereka menjalin relasi hingga menikah. Namun menikah tidak seindah yang ada di film-film. Dia mengatakan bahwa pertengkaran itu selalu ada dan segala sesuatu bisa dijadikan pertengkaran. Pada suatu hari ia memiliki masalah dengan istrinya dan mereka melakukan perang dingin. Mereka tidak berbicara satu dengan yang lain, karena hal sepele. Teman saya tidak memiliki waktu untuk membereskan garasinya, sedangkan istrinya tidak suka melihat garasinya berantakan. Garasi ini masih bisa digunakan dan fungsinya tidak terganggu dengan barang-barang berantakan yang ada. Apalagi teman saya bekerja dari hari senin-sabtu dan jam 8-5. Bayangkan kelelahannya dan kemudian dia pulang dengan istri yang mengatakan hal yang sama berulang kali. Sampai ada suatu hari dia marah dan mengatakan "sudah cukup" sambil berteriak dan mengomel mengenai kelelahan yang dia alami. Inilah awal dari perang dingin tersebut.

Saat perang dingin, mereka melakukan aktifitas dengan komunikasi yang sangat minim. Mereka pergi keluar, dan pembicaraan mereka sangat cepat selesai. Sampai suatu hari mereka ke gereja bersama dan si pendeta berkotbah mengenai suami istri. Di mana istri harus tunduk pada suami. Teman saya ini merasa bahagia dengan tema kotbah ini. Pendeta melanjutkan, bagaimana istri harus melayani suami sebagaimana mereka melayani Tuhan(Teman saya menahan senyum di mukanya agar tidak terlihat istrinya). Kemudian pendeta melanjutkan dengan bahwa suami juga merupakan representasi Kristus dalam rumah tangga. Teman saya bangga dan bahagia, dengan kotbah ini. Dia merasa memang ini kotbah dari Tuhan untuk menegur istrinya. Tetapi tak lama kemudian senyumnya hilang, karena pendeta melanjutkan dengan perilaku dari Kristus. Umat adalah mempelai wanita Kristus, dan apa yang dilakukan Kristus untuk umatnya? Benar dia turun dari surga, meninggalkan segala kenikmatan sorgawi, menderita, rela berkorban demi umatnya. Setelah kebaktian selesai, mereka pergi ke mall untuk makan lalu pulang.

Saat di rumah, sang istri langsung ke kamar. Teman saya ini mandi. Dalam kamar mandi dia berdoa pada Tuhan untuk mengembalikan istrinya seperti dulu waktu dia pacaran, dengan tujuan agar dia bisa rela berkorban seperti Kristus. Kemudian sambil dia berdoa dan menceritakan seluruhnya pada Tuhan mengenai apa yang telah dia lakukan untuk istrinya dan dia mulai menangis. Ada sesuatu dalam hatinya yang terasa berhenti semakin dia membela diri dalam doa. Sampai akhirnya dia berkata, Tuhan aku ingin memperbaiki relasiku dengan istriku. Apa yang harus kulakukan? Apakah aku belikan dia tas kesukaannya? Setelah selesai mandi, dia langsung mengeksekusi rencana ini. Dia membeli tasnya dan membungkusnya dengan bagus dan diberi pita yang cantik. Ketika di rumah dia memberikan itu kepada istrinya. Tas mahal kesukaannya, tapi istrinya hanya tersenyum sedikit. Merasa bahwa relasinya telah membaik, dia mulai duduk di meja makan. Istrinya kemudian meminta dia untuk membereskan garasinya(lagi). Dia marah kepada istrinya, karena istrinya tidak pengertian. Dia sudah mengorbankan sejumlah uang untuk membeli tas kesukaannya dan istrinya masih mengomel hal yang sama. Dia meledak, sejak saat itu mereka sama sekali tidak berbicara.

Hal yang dibutuhkan untuk memperbaiki relasi

Pagi, ketika dia bangun, tidak ada sarapan di meja. Dia pergi begitu saja dan mencari sarapan di luar. Sore setelah pulang ada makanan di meja namun makanan ini dingin(walaupun pada akhirnya dia tetap memakannya). Kemudian dia mandi dan setelah itu tidur di sampin istrinya tanpa sepatah katapun. Hal ini terjadi beberapa hari hingga hari minggu mereka ke gereja lagi. Pendeta menlajutkan kotbahnya mengenai suami istri lagi. Topiknya mengenai bagaimana mereka saling membantu satu dengan yang lain, namun teman saya tidak ingat isinya karena dia sibuk berpikir bahwa kotbah ini untuk istrinya. Saat dia pulang, dia pergi ambil handuk dan mau mandi, lalu dia melihat istrinya langsung ke kamar. Di kamar mandi ini dia kembali merenung, kemudian duduk dan menangis. Sekali lagi, dia tidak ingat kotbah pendeta hari ini, kepalanya terngiang dengan kotbah minggu lalu, saat si pendeta berkata rela berkorban namun kali ini dia juga teringat kata-kata rela menderita. Dia sadar bahwa membeli tas adalah jalan pintas dia, dia mengorbankan uang untuk kepentingan dirinya atau berharap menghentikan masalah yang terus menimpa dirinya, dia ingin agar penderitaannya berhenti. Dia sadar bahwa dia salah. Maka setelah mandi, ia ke kamar dan berkata pada istrinya "Apa yang bisa aku lakukan agar kamu senang?". Si istri setelah perang dingin berhari-hari dia mengatakan agar teman saya ini membersihkan garasinya(dengan nada marah). Dia hanya memberikan respon "Ok", lalu langsung pergi ke garasi dan merapikan semua yang ada di sana.


 Besoknya, dia bangun, pergi kerja dan saat pulang dia mendapati istrinya sudah di kamar. Kemudian dia duduk dan berkata  "Apa yang bisa aku lakukan agar kamu senang?". Istrinya masih dengan nada marah, menyuruh dia untuk membersihkan jendela di luar rumah. Ini hal gila, siapa yang sore-sore setelah lelah bekerja masih membersihkan jendela rumah. Namun, dia menahan pikiran tersebut dan segera melakukannya. Setelah selesai, ia mandi dan setelah itu ia masuk kamar, melihat istrinya sudah tidur. Keesokan paginya, dia tahu bahwa istrinya sudah bangun dan bertanya hal yang sama "Apa yang bisa aku lakukan agar kamu senang?". Kali ini istrinya tidak menjawab, setelah menunggu beberapa saat kemudian dia keluar, membuat sarapan dan siap-siap bekerja lalu pergi. Setelah pulang dia langsung mandi, dan duduk dekat istrinya, menatapnya selama beberapa saat sambil berkata "Apa yang bisa aku lakukan agar kamu senang?". Si Istri berkata dengan nada yang masih marah "Tidak ada, pikir sendiri", kemudian dia mencoba melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah kecil yang dia rasa perlu diselesaikan. Proses ini terjadi beberapa hari, dan menjelang hari minggu istrinya menangis dengan tiba-tiba saat mereka mau ke gereja. Dia merasa bahwa dia adalah orang yang jahat dan tidak pantas ke gereja. Mereka berhenti tengah jalan dan berdiskusi mengenai problem yang ada dan mengatakan bahwa sebagai suami memang sudah tugasnya untuk mencintai istrinya. Lalu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke gereja, beribadah dan serta bertemu konselor di gereja. Setelah pulang mereka mencoba berdiskusi mengenai apa yang harus dilakukan agar membuat kehidupan rumah tangga mereka makin baik dan bagaimana mencintai pasangannya lebih baik lagi. Sampai hari ini mereka menjadi keluarga yang utuh dan saling membantu satu dengan yang lain. Apakah sempurna? tentu tidak, mereka kadang masih bermasalah namun mereka sudah tahu cara mengatasinya. Mereka memikirkan pasangan mereka. Memang kelelahan yang pasti ada, namun mereka belajar dan saling mengingatkan.

Apa yang saya pelajari dari kisahnya

Hal penting yang saya pelajari adalah Cinta itu pengorbanan. Ketika anda melihat seseorang lalu tertarik dan ingin dia menjadi milik anda, ini disebut nafsu. Berkorban adalah rela memberi dan kita rela kehilangan sesuatu. Apabila kita memberi dan berharap sesuatu, itu disebut transaksi. Kedua, pertobatan itu hal yang harus selalu dilakukan. Teman saya mengatakan, bahwa dia menyesal. Dia ingin memperbaiki kesalahannya, namun acuan dia tetap diri sendiri. Akhirnya dia mencoba merubah dari kebiasaan lamanya dan melakukan apa yang Tuhan lakukan untuk pengikutnya. Seorang manusia, apabila melakukan kesalahan dan mengulanginya lagi, dia tidak bertobat atau hanya bertobat di mulut saja. Pertobatan dibuktikan dengan tindakan dan ini membutuhkan proses. Syukur-syukur kalau instan, tapi rata-rata semua ini perlu proses. Ketiga, pengampunan itu juga tidak kalah penting. Kita harus mengampuni orang yang tidak sempurna dalam pandangan kita. Maksudnya, siapa sih orang yang masih hidup di dunia ini dan sempurna? Setiap orang memiliki kelemahan, kekurangan dan kegagalan yang mengecewakan kita. Maka ingatlah bahwa mereka manusia sama seperti kita. Tidak ada manusia sempurna, yang ada sama-sama belajar untuk menjadi lebih baik.

Dengan sudut pandang ini saya mengalami beberapa perubahan. Jumlah teman saya meningkat, karena saya tidak berharap sesuatu dari mereka(atau hanya dekat pada orang-orang yang saya sukai saja). Saya tidak membenci orang-orang yang menyakiti saya, dalam hal ini saya ingat apa yang mereka lakukan tapi rasa marah/sakit hati/benci itu selalu saya coba hilangkan, karena saya sadar bahwa mereka juga manusia tidak sempurna seperti saya. Lalu saya juga mulai tidak memikirkan apa yang orang lain pikirkan mengenai saya. Kawan atau lawan, mereka yang memutuskan. Tapi kalau mereka datang, saya akan berusaha sebaik mungkin menjadi kawan mereka. Saya berusaha agar handuk saya untuk melayani orang lain, lebih besar daripada ego saya

Meski begitu, saya juga menjauhi orang-orang yang memanfaatkan saya dan menyakiti saya. Saya tahu mereka tidak sempurna, saya mengampuni mereka. Namun apabila mereka tidak berubah, itu bukan kasih tapi parasit. Parasit akan merusak anda, maka segera hilangkan. Ingat hati anda cuma 1, jangan biarkan dibuat hancur berkali-kali. Semoga anda juga menemukan arti cinta dari cerita ini seperti saya. Doa saya, semoga kita menemukan pasangan yang kita cintai dan mencintai kita, sama seperti cinta Kristus pada umatNya. Tuhan Berkati.

Komentar